Readership

Guest online

Followers

followers on facebook

site info

07 November 2009

Masih layakkah Ballardini melatih Lazio?


Nasib buruk terus dialami tim 'Biru Langit' asal ibukota Italia, Lazio. Mereka kini terseok-seok di papan bawah klasemen Serie-A. Terakhir, Lazio dihabisi oleh tim 'Kapal Selam' asal Spanyol Villareal di ajang Europa League dengan skor 1-4. Melihat kondisi yang semakin tak menentu, timbul pertanyaan dari banyak pakar sepakbola, masih layakkah Ballardini menukangi Lazio?
Saat mengawali pekerjaannya di Formello, Ballardini langsung membuat kejutan dengan membawa Lazio meraih trofi Supercoppa Italia dengan mengalahkan juara Italia, Inter Milan di Beijing dengan skor 2-1. Bahkan Lazio terus meraih hasil positif di 5 pertandingan resminya dengan memenangkan 4 pertandingan dan sisa 1 kali kalah --2 kali menang di Serie-A, 1 Final Supercoppa, 1 Europa League, dan 1 kekalahan di Europa League--.
Melihat hasil-hasil tersebut, semua orang yakin bahwa Ballardini adalah orang yang tepat untuk tetap duduk di kursi pelatih Lazio setelah menggantikan Delio Rossi yang sebelum mundur telah mempersembahkan title Coppa Italia 08/09 bagi Lazio.
Saat bergulirnya Serie-A musim ini, Lazio dengan meyakinkan menduduki capolista setelah meraih 2 kemeangan beruntun dengan mengalahkan Atalanta dan Chievo. Namun sejak dibekap Juventus di giornata ke-3, Lazio bak kehilangan kehebatan dengan terus menurunnya penampilan mereka dari setiap laga yang dimainkannya.
Lazio memang sempat mengalami kondisi kekurangan personil di awal musim ini karena beberapa pilarnya banyak yang mengalami cedera. Ballardini terus melakukan rotasi saat itu, bahkan sampai memakai bermacam-macam formasi dalam timnya di beberapa pertandingan. Namun setelah pemain-pemain itu kembali, Lazio tak juga merasakan nikmatnya kemenangan di Serie-A.
Nasib lazio di Europa League agak berbeda. Mengawali ajang pengganti Piala UEFA tersebut dengan menyingkirkan Elfsborg, Lazio dikejutkan dengan kekalahan yang dialaminya saat mengawali babak fase grup. Mereka secara tak terduga dikalahkan tim asal Austria, Red Bull Salzburg di Olimpico dengan skor 1-2. Namun di matchday ke-2 dan ke-3, Lazio mampu melewati hadangan Levski Sofia dan Villareal dengan skor masing-masing 4-0 dan 2-1. Akan tetapi, di matchday ke-4 yang berlangsung pertengahan pekan ini, Lazio dipermalukan di El Madrigal oleh Villareal dengan skor menganaskan 1-4. Presiden klub Claudio Lotito dikabarkan langsung memanggil Ballardini serta direktur olahraga Igli Tare setelah menyaksikan laga yang digelar di El Madrigal tersebut.
Lazio kini bakal mengalami kesulitan untuk lolos ke babak berikutnya. Mereka kini memiliki poin sama dengan Villareal, yakni 6. Dan jika dalam dua pertandingan terakhir kedua tim terus mendapatkan kemenangan, Lazio secara head-to-head akan tersingkir dari ajang ini.
Setelah kekalahan tersebut, beberapa media di Eropa langsung mengeluarkan berita bahwa posisi Ballardini di kursi pelatih Lazio menjadi semakin goyah. Ballardini kini dikatakan akan menjalani laga giornata ke-12 melawan Milan sebagai ajang penentuan nasibnya di Olimpico. Dua nama telah dikait-kaitkan untuk menduduki posisi allenatore Lazio, yakni eks bek mereka Sinisa Mihajlovic dan bekas platih Lecce, Mario Barreta. Namun dari kedua nama tersebut tak satupun yang mengiakan bahwa mereka akan menggantikan Ballardini. Mihajlovic diungkapkan media baru sebatas rumor, sedangkan Barreta mengaku tak pernah dihubungi oleh manajemen Lazio.
Namun, meskipun dua orang tersebut belum tentu menggantikan Ballardini, laga melawan Milan memanglah harus dilewati dengan sebuah kemenangan oleh Ballardini, agar posisinya tetap aman.

Kebijakan Lotito
Jika kita melihat rentetan hasil buruk yang diraih Lazio selama ini, mungkin tak hanya Ballardini yang menjadi pemicu kondisi tersebut. Ada beberapa pakar media yang sering memojokkan presiden Lazio, Claudio Lotito sebagai faktor lain kegagalan Lazio saat ini. Keputusan orang nomor satu di Formello ini untuk membekukan dua pilar Lazio, Ledesma dan Pandev adalah perkaranya.
Stephan Lichtsteiner sempat mengungkapakan ketidakhadiran dua 'dissidenti' itu membuat penampilan Lazio menjadi agak berbeda. Begitu juga sang kapten, Tommaso Rocchi yang merindukan sosok keduanya usai menaklukkan Inter di ajang Final Supercoppa 2009.
Ledesma dan Pandev dibekukan menyusul keinginan mereka untuk angkat kaki dari Olimpico musim panas lalu. Keinginan mereka diperbolehkan Lotito, hingga keduanya dimasukkan dalam daftar jual Lazio pada transfer musim panas. Sayangnya, harga yang dipatok Lazio kepada keduanya, tidak mampu dipenuhi oleh tim-tim yang menginginkan mereka saat itu.
Pandev kali ini terlihat telah santai dengan apa yang dilakukan Lotito kepadanya. Pasalnya, sudah ada tim hebat yang siap menampungnya pada Januari nanti. Klub itu adalah Inter Milan, bekas tim yang pernah ada dalam karier sepakbolanya.
Sebulan yang lalu, Ledesma sempat mengungkapkan permohonan maafnya. Ledesma kemudian dimainkan dalam sebuah laga ujicoba. Sayangnya, keinginannya untuk bermain di kompetisi resmi seperti Serie-A, tidak sekalipun kesampaian. Bahkan kini, Ledesma menarik kembali keinginannya untuk bertahan dengan memilih untuk kembali hengkang dari Lazio dan mengikuti jejak rekannya Goran pandev yang dikabarkan akan segera memutuskan kontrak secara sepihak, agar dapat segera pergi dari Lazio.
Jika kita membandingkan dua faktor di atas, faktor buruknya kepemimpinan Ballardini sepertinya lebih tepat untuk dijadikan sebagai kegagalan lazio hingga saat ini.
Namun, semua kembali kepada Ballardini. Jika pun dirinya tidak digusur, mungkin dia masih punya kesempatan untuk membawa Lazio kembali ke jalur yang tepat. Ballardini adalah orang yang tegar, banyak yang mengatakan dia pelatih hebat. Kini semua kembali kepada dirinya untuk menjawab bahwa dia adalah seperti yang dikatakan orang-orang. Semua berharap dia mampu membentuk Lazio menjadi tim yang layak diperhitungkan.
Sekarang kita nantikan pembuktian itu di laga Lazio melawan Milan di Olimpico akhir pekan ini. Kekhawatiran semakin menganggu fokus Ballardini, karena Lazio tidak pernah menang melawan Milan di Serie A selama lebih dari 12 tahun. Jika Lazio gagal meraih hasil yang diinginkan, sudah sewajarnya Ballardini harus diganti. Karena Lazio butuh pelatih yang mampu membuat mereka menjadi lebih baik. Buktikan Ballardini!

Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

 

Copyright 2009-2010 © Laziale for Laziale All Rights Reserved